Nama
: Ida Mulyani
NIM
: H1I011005
Tugas : Rekayasa Akuakultur
Berkembangnya usaha pembesaran ikan dalam KJA selain
berpengaruh pada aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat, juga berdampak
pada aspek lingkungan perairan tersebut baik yang bersifat positif maupun
negatif, langsung maupun tidak langsung. Walaupun ikan-ikan karang termasuk
sumberdaya dapat pulih (renewable resources), tidak berarti bahwa
sumberdaya ini dapat dieksploitasi secara berlebihan, apalagi dengan cara-cara
yang merusak. Upaya eksploitasi (fishing effort) lebih besar dari pada
tangkapan optimum (Maximum Sustainable Yield, MSY), akan terjadi
pemanfaatan yang berlebihan (over exploitated). Gejala tangkap lebih (overfishing)
yang disertai menurunnya daya dukung lingkungan dapat mengancam kapasitas
keberlanjutan ikan-ikan ekonomis dan bahkan dapat terjadi kepunahan. Gejala
tangkap lebih umumnya terjadi di wilayah pesisir yang padat penduduknya dengan
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya pesisir dan laut. Solusi
dalam permasalahan tersebut dilakukan dengan melakukan usaha budidaya di
keramba jaring apung (Anomim, 2010).
Keramba
merupakan wadah atau tempat budidaya ikan atau udang yang ada di perairan darat
maupun perairan laut. Teknologi budidaya keramba sekarang ini ada 4 macam
yaitu:
1. KJA
yang mengapung di laut (salmon cages/Scottish quality salmon)
2. KJA
yang ditarik dengan menggunakan dua kapal
3. KJA
yang menancap sampai ke dasar perairan
4. KJA
yang berada di sungai
Semua jenis keramba jaring
apung tersebut sangat bagus tergantung pada jenis ikan atau udang yang akan
dibudidayakan. Jenis keramba yang cocok
untuk budidaya ikan atau udang adalah pada jenis atau tipe yang pertama yaitu
KJA yang mengapung di laut (salmon cages/Scottish quality salmon). Pada KJA
tersebut mempunyai bentuk yang bulat dan ukurannya besar, tidak mudah lapuk dan
kuat.
Salah satu faktor penting
dalam usaha pembesaran ikan dalam KJA adalah menjaga agar kualitas air tetap
dalam keadaan yang optimal atau tidak terjadi perubahan atau penurunan secara
drastis. Untuk mengetahui pengaruh usaha pembesaran ikan dalam KJA terhadap
perubahan kualitas air, dilakukan pengamatan parameter utama kualitas fisik
perairan, yaitu kecepatan arus, suhu, salinitas dan kecerahan air. Ke empat paramater tersebut merupakan parameter utama
kualitas air yang penting bagi biota laut (Nazam, 2004).
Beberapa faktor yang menyebabkan kualitas fisik perairan
tetap dalam kondisi stabil, antara lain : jumlah unit KJA jenis ini masih
sedikit, jarak antara unit KJA yang satu dengan lainnya masih cukup renggang,
sifat air laut yang selalu bergerak karena adanya arus pasang dan arus surut,
memungkinkan sirkulasi air laut cukup lancar, kedalaman air di sekitar KJA estándar
budidaya keramba, sehingga cukup memberi ruang gerak bagi arus air laut di
bawah KJA, jenis pakan yang diberikan
berupa pellet atau ikan rucah segar dengan sistem pemberian sedikit demi
sedikit, memungkinkan sisa pakan yang terbuang dapat diminimalkan serta
banyaknya ikan-ikan liar dan organisme pemangsa ikan yang terdapat di bawah
jaring yang memanfaatkan sisa-sisa pakan yang terbuang, sehingga sisa pakan
yang terbuang tidak sampai ke dasar perairan. Bila kondisi kepadatan KJA yang
tinggi, maka penggunaan pakan pellet atau ikan rucah secara intensif,
berpotensi menimbulkan pencemaran. Hal ini disebabkan oleh proses dekomposisi
sisa pakan dan kotoran ikan yang tertimbun di dasar perairan. Proses
dekomposisi bahan organik akan menyebabkan terjadinya penyuburan (eutrofikasi)
yang pada akhirnya akan menyebabkan masalah rendahnya kadar oksigen terlarut di
dasar perairan dan seringkali menyebabkan kematian massal pada ikan peliharaan.
Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah adanya menejemen pemberian pakan ikan
atau udang secara intensif dan pakan harus disesuaikan dengan nutrisi jenis
ikan yang dibudidayakan sehingga pakan tidak terbuang sia-sia (Nazam,2004).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010. KJA Aquatec. www.aquatec.co.id.
Diakses 8 April 2012.
Nazam,
M. 2004. Analisis Aspek Lingkungan Usaha
Pembesaran Ikan Dalam Keramba Jaring Apung (Kasus Di Teluk Ekas, Lombok Timur).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar