ACARA
III
STUDI ISI ALAT PENCERNAAN DAN DERAJAD
KEPENUHAN LAMBUNG
Disusun oleh :
Kelompok 5
Ida Mulyani H1I011005
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNIK
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2010
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI PERIKANAN
Laporan ini disusun
untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir praktikum mata kuliah Biologi
Perikanan
Jurusan Perikanan dan
Kelautan
Fakultas Sains dan
Teknik
Universitas Jendral
Soedirman
Purwokerto
Ida Mulyani H1I011005
Disetujui dan disahkan,
Purwokerto, Desember 2011
Asisten
Kartika D
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pencernaan adalah proses panyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan
kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Alat pencernaan ikan terdiri atas
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan tersebut
berturut-turut dimulai dari segmen mulut, rongga mulut, faring, esofagus,
lambung, pilorus, usus, rektum, dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan
terdapat pada lambung, hati dan pankreas. Dalam hal ini hanya membahas tentang
lambung pada ikan Nilem. Ikan
Nilem adalah salah satu spesies ikan yang masuk dalam famili Cyprinidae, sehingga bentuk tubuh ikan
nilem hampir serupa dengan ikan mas hanya kepalanya relative lebih kecil. Pada
sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut-sungut peraba. Ikan ini tergolong jenis ikan hebivora, yaitu pemakan
tumbuhan, seperti daun pepaya, lumut, fitoplankton, Algae, dan lain-lain.
Makanan yang dimakan juga berhubungan dengan metabolisme proses pencernaan
dalam tubuhnya.
Secara umum lambung berfungsi sebagai penampung makanan. Seluruh permukaan
lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam
berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari asam klorida. Makanan yang diberikan dapat berupa pakan alami yang
berada di kolam, maupun pakan tambahan dengan proporsi perbandingan yang
sesuai. Pakan memiliki hubungan yang
sangat erat dengan morfologi ikan, salah satunya dengan mempelajari dan
mengamati organ–organ serta fungsi dari alat–alat pencernaannya. Dengan
mempelajari hal tersebut kita dapat mengetahui ikan tersebut termasuk kelompok
herbivor, omnivor, karnivor, sampai proses pencernaan dan pemecahan atas pakan
yang dimakan dan dikonsumsi oleh ikan tersebut mengalami proses digesti.
Digesti adalah proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana untuk
dapat dimanfaatkan dan dipergunakan untuk pertumbuhan serta konsumsi mineral
bagi tubuh ikan.
Pakan pada umumnya harus memenuhi kriteria atau harus mengandung mineral
dan komponen–komponen nutrisi yang
bermanfaat bagi tubuh ikan. Komponen- komponen nutrisi tersebut terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, dan mineral lainnya, zat- zat tersebut akan
bermanfaat sebagai sumber energi dan
pertumbuhan.
Protein, lemak, karbohidrat dalam pakan apabila dikonsumsi ikan setelah
mengalami proses digesti dan absorpsi
makanan yang akan digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan aktivitas,
mengganti sel–sel yang rusak, serta bermanfaat bagi pertumbuhan. Pertumbuhan
ikan akibat asupan pakan yang diperoleh dapat diukur dari bertambahnya bobot
ikan. Proses digesti pada pakan akan dimulai dari lambung pada ikan dan
dilanjutkan pada intestine yang akan berakhir di anus..
1.2
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk dapat mengetahui derajat periodisitas makan
berdasarkan derajat kepenuhan lambungnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Semua ikan membutuhkan ketersediaan
pakan dari materi dan energi yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan
perkembangan dalam melangsungkan hidupnya.
Penyediaan
materi tergantung pada ikan yang memakan materi dari bahan–bahan organik yang
ada pada lingkungannya. Bahan makan yang padat
menjadi molekul yang sederhana melelui proses yang disebut dengan
digesti. Proses ini disebut dengan proses
enzimatik dari polisakarida yaitu zat pati menjadi gula, protein menjadi
asam amino, lemak menjadi asam lemak dan gliserol, serta asam laktat menjadi
nukleotida ( Kimmball, 1983 ).
Digesti adalah
perombakan makanan dari molekul yang
kompleks yang dirombak menjadi molekul
yang sederhana, dalam bentuk–bentuk seperti glukosa, asam lemak, dan gliserol
serta nutrisi–nutrisi lain yang ada dan bermanfaat bagi tubuh ikan. Kecepatan
pemecahan makanan dari tubuh ikan dari
molekul besar kemolekul yang kecil yang akan diabsorpsi oleh tubuh ikan
prosesnya disebut laju digesti.
Sedangkan zat–zat yang
dibutuhkan dan yang akan diabsorpsi ikan melaui darah juga akan diedarkan
keseluruh tubuh untuk keperluan
metabolisme ( Murtidjo, 2001). Proses ini diperlukan untuk nutrisi heterotrofik
yaitu nutrisi yang seluruhnya tergantung pada molekul organik yang telah
terbentuk sebelumnya. Laju digesti pakan pada umumnya berkorelasi dengan laju
metabolisme, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ukuran
tubuh hewan dan temperatur. Laju metabolisme
diukur dengan menentukan konsumsi O2 yang diperlukan oleh
tubuh dan dimanfaatkan oleh sistem–sistem yang ada dalam tubuh. Proses
metabolisme memerlukan energi yang didapatkan dari luar tubuh atau energi yang
berasl dari faktor eksternal, maka laju digesti
dapat terjadi dari adanya konsumsi O2 yang langsung
berhubungan dengan adanya laju
metabolisme yang terjadi pada tubuh ikan.
Proses digesti yang
terjadi dalam lambung dapat diukur
dengan mengetahui laju pengosongan lambung, selain dipengaruhi oleh temperatur
laju digesti juga dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, sebab dalam pakan
yang akan dikonsumsi ikan banyak terdapat
kandungan–kandungan mineral yang akan diserap oleh usus ikan melalui
proses pencernaan ynag berlangsung selama ikan mengonsumsi pakan. Pakan
ikan yang bervariasi mempengaruhi cepat lambatnya laju digesti, atau cepat
lambatnya laju pengosongan lambung pada ikan.
Laju digesti dapat
terjadi jika pencernaan pada usus berjalan dan makan yang diserap dan dicerna
oleh usus melalui suatu gerakan yang disebut dengan gerakan peristaltik pada
usus ikan. Gerakan tersebut merupakan gerakan yang dari sifat otot polos dan
perangsangan pada sembarang tempat menyebabkan cincin pada usus berkontraksi. Digesti
dapat dimanfaatkan dan dipergunakan untuk pertumbuhan serta konsumsi mineral
bagi tubuh ikan. Konsumsi moneral tersebut berasal dari makanan yang
dimakannya. Pakan pada umumnya harus memenuhi
kriteria atau harus mengandung mineral dan komponen–komponen nutrisi yang
bermanfaat bagi tubuh ikan. Komponen- komponen nutrisi tersebut terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, dan mineral lainnya, zat-zat tersebut akan
bermanfaat sebagai sumber energi dan pertumbuhan.
Setiap makhluk hidup mempunyai klasifikasi-klasifikasi sendiri-sendiri.
Klasifikasi dilakukan untuk membedakan filum apa yang termasuk ke dalam hewan
tersebut. Jika dilihat dari klasifikasinya, ikan Nilem termasuk kedalam kingdom
animalia, phylum chordata, sub-phylum craniata, class Pisces, sub-class
actinopterygi, ordo ostariophysi, sub-ordo cyprinoidea, famili cyprinidea,
genus Osteochilus, spesies Osteochilus hasselti. Ikan nilem adalah salah satu spesies ikan
yang masuk dalam famili Cyprinidae, sehingga bentuk tubuh ikan nilem hampir
serupa dengan ikan mas, hanya kepalanya relative lebih kecil. Pada sudut-sudut
mulutnya terdapat dua pasang sungut-sungut peraba (Djuhanda, 1985).
Sirip punggung disokong oleh 3 jari-jari keras
dan 12 - 18 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak dua, bentuknya simetris. Sirip
dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut
disokong oleh 1 jari-jari keras dan jari-jari lunak. Sirip dada disokong oleh 1
jari-jari dan 13 – 15 jari-jari lunak. Jumlah sisik-sisik gurat sisi ada 33 –
36 keping (Djuhanda, 1985).
Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm,
warna tubuhnya hijau abu-abu. Di Jawa Barat, ikan nilem memiliki popularitas
sedikit dibawah ikan mas. Diberbagai daerah lain, ikan ini dikenal dengan ikan
Lehat, Regis, Penopa (Susanto, 2006).
Ikan nilem (Osteochilus hasselti)
hidup di perairan yang jernih. Oleh karena itu, ikan ini dapat ditemukan di
sungai-sungai. Populasi ini hanya cocok dipelihara di daerah sejuk, yang
tingginya diatas permukaan air laut mulai dari 150m – 1000m, tetapi yang paling
baik adalah di daerah setinggi 800m, dengan suhu air optimum 180C – 280C
(Soeseno, 1985).
Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan
tambahan atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan
(herbivora). Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan
endemik (asli) Indonesia yang hidup di sungai-sungai dan rawa-rawa. Namun,
sejalan dengan perkembangan, ikan tersebut kemudian dibudidayakan di
kolam-kolam untuk tujuan komersial. Secara nasional keberadaannya kurang begitu
populer kecuali di Jawa Barat. Hampir 80 % produksi nasional ikan nilem berasal
dari Jawa Barat.
Ikan nilem selain
sebagai lauk untuk makan, juga dikenal bermanfaat sebagai sumber tenaga
khususnya bagi kaum pria. Ikan nilem juga sangat diminati dan digemari dalam
bentuk cemilan seperti yang terjadi di Priangan, Jawa Barat. Ikan nilem mampu
hidup dan berkembang biak secara baik pada perairan jernih dan berpasir serta
berada pada kawasan berelevasi tinggi. Dengan melihat keunggulannya tersebut
ikan ini memiliki prospek yang bagus untuk dibudidayakan, sehingga akan sangat
menunjang bagi perikanan di Indonesia meskipun informasi tentang pengandaan
benih dari pemeliharaannya yang masih sangat terbatas (Husein, 2002).
Pakan ikan adalah
merupakan campuran berbagai bahan pangan yang biasa disebut dengan bahan mentah
atau bahan baku yang baik bagi pertumbuahan ikan , baik pakan yang bersifat
nabati maupun pakan yang bersifat hewani, yang diolah sedemikian rupa sehingga
mudah untuk dimakan dan dicerna oleh tubuh ikan dan sekaligus sebagai nutrisi
bagi ikan . Dengan kata lain pakan ikan adalah makanan yang khusus dibuat atau
diproduksi agar mudah dan tersedia untuk dimakan. Pakan ikan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan tubuh ikan (Sirregar, 1995).
Ikan-ikan herbivora dan
pemakan plankton nabati, jumlah konsumsi makanan hariannya berbobot lebih
banyak daripada ikan karnivora. Hal ini disebabkan karena bahan makanan nabati
itu kalorinya yang lebih rendah daripada bahan makanan yang hewani. Selain itu,
kandungan air bahan nabati juga lebih tinggi daripada bahan hewani.
Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pola pakan ikan antara lain temperatur,
umur, ukuran tubuh, aktivitas, stress, jenis kelamin, kekeruhan (pada
visibilitas dan kandungan O2)
dan faktor-faktor kimia dalam perairan (kandungan O2, CO2, H2S, pH, dan alkalinitas). Biasanya
semakin banyak aktivitas ikan itu, maka akan semakin banyak membutuhkan energi
sehingga proses metabolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh
lebih baik dan lebih banyak jumlahnya (Kay, 1998).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Alat
Peralatan yang dibutuhkan pada praktikum ini yaitu alat bedah, baki
preparat, benang, tabung reaksi, kaca preparat, alat suntik dan alat tulis
3.1.2
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan
aquades.
3.2 Metode
Ikan dimatikan kemudian dibedah, salah satu ujung lambung diikat dengan benang dan tambahkan aquades dengan
alat suntik sampai lambung penuh. Penambahan aquades dicatat kemudian lambungnya diambil dan dijaga supaya isinya tidak keluar dengan cara
mengikat kedua ujung dengan benang. Isi lambung dikeluarkan dan dimasukan
kedalam gelas ukur.
Beberapa sampel isi lambung diambil dari gelas ukur, dan diletakan diatas
preparat kemudian ditutup dengan cover glass dan amati dengan mikroskop
hasilnya kemudian dicatat.
Kepenuhan Lambung dapat diukur dengan menggunakan rumus
DKL =
|
3.3
Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium umum JPK UNSOED, pada hari Selasa,
tanggal 16 November 2011
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari data yang diperoleh saat
praktikum biologi perikanan, didapatkan hasil :
Tabel 1. Derajat Kepenuhan Lambung ikan
Nilem (Osteochilus hasselti)
ACARA 3 : STUDI ISI ALAT PENCERNAAN DAN DERAJAT
KEPENUHAN LAMBUNG
|
||||
Ikan Nilem
|
||||
Ikan ke-
|
Penambahan volume
aquades
|
Volume isi material
|
Volume isi total
lambung
|
DKL
|
1
|
0,15
|
0,35
|
0,5
|
70%
|
2
|
0,1
|
0,1
|
0,2
|
50%
|
3
|
0,6
|
0,2
|
0,8
|
25%
|
4
|
0,9
|
GAGAL : LAMBUNG
IKAN RUSAK
|
0,6
|
|
5
|
GAGAL : LAMBUNG
IKAN RUSAK
|
|
||
6
|
GAGAL : LAMBUNG
IKAN RUSAK
|
|
||
7
|
0,2
|
GAGAL : LAMBUNG
IKAN RUSAK
|
0,1
|
|
8
|
0,35
|
0,15
|
0,5
|
30%
|
9
|
GAGAL : LAMBUNG
IKAN RUSAK
|
|
||
10
|
0,4
|
0,2
|
0,6
|
33,33%
|
PERHITUNGAN :
Ikan 1 = 0,35 x 100% =
70%
0,5
0,5
Ikan 2 = 0,1 x 100% = 50%
0,2
0,2
Ikan 3 = 0,2 x 100% = 25%
0,8
0,8
Ikan 8 = 0,15 x 100% =
30 %
0,5
0,5
Ikan 10 = 0,2 x 100% = 33,33%
0,6
0,6
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada isi lambung pada volume aquades volume isinya 0,35 ml, volume
isi lambung total 0,5 ml, volume aquades 0,15 ml dan nilai DKLnya 70%. Pada isi
lambung pada volume aquades 0,1 ml volume
isinya 0,1 ml, volume isi lambung total 0,2 ml dan nilai DKLnya 50%. %. Pada
isi lambung pada volume aquades 0,6 ml
volume isinya 0,2 ml, volume isi lambung total 0,8 ml dan nilai DKLnya 25%.
Pada isi lambung pada volume aquades
0,35 ml volume isinya 0,15 ml, volume isi lambung total 0,5 ml dan nilai
DKLnya 30%. Pada isi lambung pada volume aquades 0,4 ml volume isinya 0,2 ml, volume isi
lambung total 0,6 ml dan nilai DKLnya 33,33%. Sedangkan pada ikan ke 4, 5, 6,
7, dan 9 gagal tidak bias diamati karena lambungnya bocor.
Ikan Nilem memiliki
badan dengan ciri-ciri sebagaimana ikan famili Cyprinidae, yaitu badan pipih
kesamping dan memanjang dengan bentuk punggung seperti busur, mulut ikan nilem
berbentuk runcing dan terletak diujung terminal (tengah), kecil dan mempunyai
dua pasang sungut yang sangat kecil. Permukaan sirip ini berhadapan dengan
sisik garis susuk yang kesepuluh. Sirip dubur berbentuk seperti jari-jari,
sedangkan sirip ekor bercagak.
Kebiasaan makan ikan perlu
dipelajari guna mengetahui jenis pakan tersebut dengan mengetahui kebiasaan
pakan ikan ini dapat dilihat antar hubungan ekologi diantara organisme
diperairan tersebut. Pakan merupakan factor yang menentukan populasi, pertumbuhan
dan kondisi ikan, sedangkan macam pakan satu spesies ikan biasanya bergantung
pada umur, tempat dan waktu (Effendi, 1979).
Fungsi pakan yang paling
utama menurut Asmawi (1983) adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan mula-mula digunakan untuk
menjaga kelangsungan hidup dan apabila ada kelebihan energi akan digunakan
untuk pertumbuhan. Untuk pertumbuhan ikan yang baik maka harus diberikan pakan
yang optimal dan harus memperhatikan mutu ikan.
Djajasewaka
(1985), menyatakan bahwa nilai nutrisi pakan pada umumnya dilihat dari
komposisi zat-zat nutrisi yang terkandung seperti protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral dan sebagainya. Apabila pakan yang diberikan pada ikan
mempunyai nutrisi yang tinggi, maka hal ini tidak menjamin hidupnya, tetapi
akan mempercepat pertumbuhan ikan. Hal ini juga memberikan
keistimewaan ikan Nilem dengan jenis ikan-ikan yang lainnya, yaitu selain
mempunyai nilai gizi, seperti protein 17%, lemak 4,5%, mineral 1,2%, vitamin
1,2%, dan lain-lain yang tinggi juga memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup
cepat.
Ikan nilem adalah ikan
organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet. Ikan nilem
termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Pakan ikan adalah
merupakan campuran berbagai bahan pangan yang biasa disebut dengan bahan mentah
atau bahan baku yang baik bagi pertumbuahan ikan, baik pakan yang bersifat
nabati maupun pakan yang bersifat hewani, yang diolah sedemikian rupa sehingga
mudah untuk dimakan dan dicerna oleh tubuh ikan dan sekaligus sebagai nutrisi
bagi ikan . Dengan kata
lain pakan ikan adalah makanan yang khusus dibuat atau diproduksi agar mudah
dan tersedia untuk dimakan. Pakan ikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan kelangsungan tubuh ikan.
Ikan-ikan herbivora dan
pemakan plankton nabati, jumlah konsumsi makanan hariannya berbobot lebih
banyak daripada ikan karnivora. Hal ini disebabkan karena bahan makanan nabati
itu kalorinya yang lebih rendah daripada bahan makanan yang hewani. Selain itu,
kandungan air bahan nabati juga lebih tinggi daripada bahan hewani.
Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pola pakan ikan sehingga berhubungan
dengan derajat kepenuhan lambung Ikan nilem (Osteochilus
hasselti) antara
lain ukuran dan bentuk lambung, temperatur, umur, berat dan ukuran tubuh,
aktivitas, stress (keadaan tubuh ikan), jenis kelamin, habitat, kekeruhan (pada
visibilitas dan kandungan O2)
dan faktor-faktor kimia dalam perairan (kandungan O2, CO2, H2S, pH, dan alkalinitas). Biasanya semakin
banyak aktivitas ikan itu, maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga
proses metabolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik
dan lebih banyak jumlahnya (Silooy, 2009).
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang
dilakukan bahwa :
1.
Ikan
Nilem memiliki badan dengan ciri – ciri sebagaimana ikan famili Cyprinidae
yaitu badan pipih kesamping dan memanjang.
2.
Kebiasaan
makan ikan perlu dipelajari guna
mengetahui jenis pakan tersebut dengan mengetahui kebiasaan pakan ikan ini
dapat dilihat antar hubungan ekologi diantara organisme diperairan.
3.
Pengukuran
derajat kepenuhan lambung pada ikan Nilem sebesar 70 %.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Gramedia, Jakarta
Arsyad. H dan Rina. E. 1989. Petunjuk
Praktis Budidaya Perikanan. PD Mahkota, Jakarta.
Djuhanda, dan Tatang. 1981. Dunia
Ikan Armiko. Bandung.
Effendie, M.I.
1978. Biologi Perikanan. Fakultas
Institut Pertanian, Bogor.
----------------. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara,
Yogyakarta.
Kay, I. 1998.
Introduction to Animal Physiology. BIOS Scientific Publisher Limited.
Kimball, J. W. 1983.
Biologi ed 5. Erlangga, Jakarta.
Murtidjo, A.B. 2001.
Pedoman Meramu Ikan . Kanisius, Yogyakarta.
Mikodina, E,V. 1997. Structur of Cyprinid Egg and some
Data About Its Chemical Nature. Biologi. Nouk, 9: 60-64.
Santoso. 1994. Petunjuk
Praktis Budidaya ikan Nilem dan Lokal. Kanisius,Yogyakarta.
Silooy.2009.
Kebiasaan Makan Ikan Layang Diperairan Teluk Tolitan Sulawesi Tengah. Ikhthos.
Volume 8. Nomor 1 2-25. Ambon.
Siregar , D.A. 1995.
Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta
Soeseno, S. 1985.
Pemeliharaan Ikan di Kolam Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta.
Sumantadinata, Komar. Ir. 1981. Pengembangan Ikan-ikan
Peliharaan di Indonesia
cetakan 1. Sastra Budaya, Jakarta.
Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan di
Pekarangan edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.