pantai

pantai

Kamis, 26 April 2012

BIOLOGI PERIKANAN




ACARA III
STUDI ISI ALAT PENCERNAAN DAN DERAJAD KEPENUHAN LAMBUNG




 






Disusun oleh :
Kelompok 5
Ida Mulyani                H1I011005

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2010

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN


 





Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir praktikum mata kuliah Biologi Perikanan
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Jendral Soedirman
Purwokerto

Ida Mulyani              H1I011005




Disetujui dan disahkan,
Purwokerto, Desember 2011
Asisten 

Kartika D


                                            


I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencernaan adalah proses panyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Alat pencernaan ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan tersebut berturut-turut dimulai dari segmen mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum, dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdapat pada lambung, hati dan pankreas. Dalam hal ini hanya membahas tentang lambung pada ikan Nilem. Ikan Nilem adalah salah satu spesies ikan yang masuk dalam famili Cyprinidae, sehingga bentuk tubuh ikan nilem hampir serupa dengan ikan mas hanya kepalanya relative lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut-sungut peraba. Ikan ini tergolong jenis ikan hebivora, yaitu pemakan tumbuhan, seperti daun pepaya, lumut, fitoplankton, Algae, dan lain-lain. Makanan yang dimakan juga berhubungan dengan metabolisme proses pencernaan dalam tubuhnya.
Secara umum lambung berfungsi sebagai penampung makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari asam klorida. Makanan  yang diberikan dapat berupa pakan alami yang berada di kolam, maupun pakan tambahan dengan proporsi perbandingan yang sesuai. Pakan memiliki  hubungan yang sangat erat dengan morfologi ikan, salah satunya dengan mempelajari dan mengamati organ–organ serta fungsi dari alat–alat pencernaannya. Dengan mempelajari hal tersebut kita dapat mengetahui ikan tersebut termasuk kelompok herbivor, omnivor, karnivor, sampai proses pencernaan dan pemecahan atas pakan yang dimakan dan dikonsumsi oleh ikan tersebut mengalami proses digesti. Digesti adalah proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana untuk dapat dimanfaatkan dan dipergunakan untuk pertumbuhan serta konsumsi mineral bagi tubuh ikan.
Pakan pada umumnya harus memenuhi kriteria atau harus mengandung mineral dan komponen–komponen  nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh ikan. Komponen- komponen nutrisi tersebut terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, dan mineral lainnya, zat- zat tersebut akan bermanfaat  sebagai sumber energi dan pertumbuhan.
Protein, lemak, karbohidrat dalam pakan apabila dikonsumsi ikan setelah mengalami proses digesti  dan absorpsi makanan yang akan digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan aktivitas, mengganti sel–sel yang rusak, serta bermanfaat bagi pertumbuhan. Pertumbuhan ikan akibat asupan pakan yang diperoleh dapat diukur dari bertambahnya bobot ikan. Proses digesti pada pakan akan dimulai dari lambung pada ikan dan dilanjutkan pada intestine yang akan berakhir di anus..



1.2 Tujuan                                                                                                                 
Praktikum ini bertujuan untuk dapat mengetahui derajat periodisitas makan berdasarkan derajat kepenuhan lambungnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Semua ikan  membutuhkan ketersediaan pakan dari materi dan energi yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam melangsungkan hidupnya.  Penyediaan materi tergantung pada ikan yang memakan materi dari bahan–bahan organik yang ada pada lingkungannya. Bahan makan yang padat  menjadi molekul yang sederhana melelui proses yang disebut dengan digesti. Proses ini disebut dengan proses  enzimatik dari polisakarida yaitu zat pati menjadi gula, protein menjadi asam amino, lemak menjadi asam lemak dan gliserol, serta asam laktat menjadi nukleotida ( Kimmball, 1983 ).
Digesti adalah perombakan makanan dari molekul yang kompleks yang dirombak menjadi  molekul yang sederhana, dalam bentuk–bentuk seperti glukosa, asam lemak, dan gliserol serta nutrisi–nutrisi lain yang ada dan bermanfaat bagi tubuh ikan. Kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan  dari molekul besar kemolekul yang kecil yang akan diabsorpsi oleh tubuh ikan prosesnya disebut laju digesti.  Sedangkan  zat–zat yang dibutuhkan  dan yang akan diabsorpsi  ikan melaui darah juga akan diedarkan keseluruh tubuh  untuk keperluan metabolisme ( Murtidjo, 2001). Proses ini diperlukan untuk nutrisi heterotrofik yaitu nutrisi yang seluruhnya tergantung pada molekul organik yang telah terbentuk sebelumnya. Laju digesti pakan pada umumnya berkorelasi dengan laju metabolisme, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ukuran tubuh hewan dan temperatur. Laju metabolisme  diukur dengan menentukan konsumsi O2 yang diperlukan oleh tubuh dan dimanfaatkan oleh sistem–sistem yang ada dalam tubuh. Proses metabolisme memerlukan energi yang didapatkan dari luar tubuh atau energi yang berasl dari faktor eksternal, maka laju digesti  dapat terjadi dari adanya konsumsi O2 yang langsung berhubungan dengan  adanya laju metabolisme yang terjadi pada tubuh ikan.
Proses digesti yang terjadi dalam lambung  dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung, selain dipengaruhi oleh temperatur laju digesti juga dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, sebab dalam pakan yang akan dikonsumsi ikan banyak terdapat  kandungan–kandungan mineral yang akan diserap oleh usus ikan  melalui  proses pencernaan ynag berlangsung selama ikan mengonsumsi pakan. Pakan ikan yang bervariasi mempengaruhi cepat lambatnya laju digesti, atau cepat lambatnya laju pengosongan lambung pada ikan.
Laju digesti dapat terjadi jika pencernaan pada usus berjalan dan makan yang diserap dan dicerna oleh usus melalui suatu gerakan yang disebut dengan gerakan peristaltik pada usus ikan. Gerakan tersebut merupakan gerakan yang dari sifat otot polos dan perangsangan pada sembarang tempat menyebabkan cincin pada usus berkontraksi. Digesti dapat dimanfaatkan dan dipergunakan untuk pertumbuhan serta konsumsi mineral bagi tubuh ikan. Konsumsi moneral tersebut berasal dari makanan yang dimakannya. Pakan pada umumnya harus memenuhi kriteria atau harus mengandung mineral dan komponen–komponen nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh ikan. Komponen- komponen nutrisi tersebut terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, dan mineral lainnya, zat-zat tersebut akan bermanfaat sebagai sumber energi dan pertumbuhan.
Setiap makhluk hidup mempunyai klasifikasi-klasifikasi sendiri-sendiri. Klasifikasi dilakukan untuk membedakan filum apa yang termasuk ke dalam hewan tersebut. Jika dilihat dari klasifikasinya, ikan Nilem termasuk kedalam kingdom animalia, phylum chordata, sub-phylum craniata, class Pisces, sub-class actinopterygi, ordo ostariophysi, sub-ordo cyprinoidea, famili cyprinidea, genus Osteochilus, spesies Osteochilus hasselti. Ikan nilem adalah salah satu spesies ikan yang masuk dalam famili Cyprinidae, sehingga bentuk tubuh ikan nilem hampir serupa dengan ikan mas, hanya kepalanya relative lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut-sungut peraba (Djuhanda, 1985).
Sirip punggung disokong oleh 3 jari-jari keras dan 12 - 18 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan jari-jari lunak. Sirip dada disokong oleh 1 jari-jari dan 13 – 15 jari-jari lunak. Jumlah sisik-sisik gurat sisi ada 33 – 36 keping (Djuhanda, 1985).
Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm, warna tubuhnya hijau abu-abu. Di Jawa Barat, ikan nilem memiliki popularitas sedikit dibawah ikan mas. Diberbagai daerah lain, ikan ini dikenal dengan ikan Lehat, Regis, Penopa (Susanto, 2006).
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) hidup di perairan yang jernih. Oleh karena itu, ikan ini dapat ditemukan di sungai-sungai. Populasi ini hanya cocok dipelihara di daerah sejuk, yang tingginya diatas permukaan air laut mulai dari 150m – 1000m, tetapi yang paling baik adalah di daerah setinggi 800m, dengan suhu air optimum 180C – 280C (Soeseno, 1985). Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang hidup di sungai-sungai dan rawa-rawa. Namun, sejalan dengan perkembangan, ikan tersebut kemudian dibudidayakan di kolam-kolam untuk tujuan komersial. Secara nasional keberadaannya kurang begitu populer kecuali di Jawa Barat. Hampir 80 % produksi nasional ikan nilem berasal dari Jawa Barat.
Ikan nilem selain sebagai lauk untuk makan, juga dikenal bermanfaat sebagai sumber tenaga khususnya bagi kaum pria. Ikan nilem juga sangat diminati dan digemari dalam bentuk cemilan seperti yang terjadi di Priangan, Jawa Barat. Ikan nilem mampu hidup dan berkembang biak secara baik pada perairan jernih dan berpasir serta berada pada kawasan berelevasi tinggi. Dengan melihat keunggulannya tersebut ikan ini memiliki prospek yang bagus untuk dibudidayakan, sehingga akan sangat menunjang bagi perikanan di Indonesia meskipun informasi tentang pengandaan benih dari pemeliharaannya yang masih sangat terbatas (Husein, 2002).
Pakan ikan adalah merupakan campuran berbagai bahan pangan yang biasa disebut dengan bahan mentah atau bahan baku yang baik bagi pertumbuahan ikan , baik pakan yang bersifat nabati maupun pakan yang bersifat hewani, yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah untuk dimakan dan dicerna oleh tubuh ikan dan sekaligus sebagai nutrisi bagi ikan . Dengan kata lain pakan ikan adalah makanan yang khusus dibuat atau diproduksi agar mudah dan tersedia untuk dimakan. Pakan ikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan tubuh ikan (Sirregar, 1995).
Ikan-ikan herbivora dan pemakan plankton nabati, jumlah konsumsi makanan hariannya berbobot lebih banyak daripada ikan karnivora. Hal ini disebabkan karena bahan makanan nabati itu kalorinya yang lebih rendah daripada bahan makanan yang hewani. Selain itu, kandungan air bahan nabati juga lebih tinggi daripada bahan hewani. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pola pakan ikan antara lain temperatur, umur, ukuran tubuh, aktivitas, stress, jenis kelamin, kekeruhan (pada visibilitas dan kandungan O2) dan faktor-faktor kimia dalam perairan (kandungan O2, CO2, H2S, pH, dan alkalinitas). Biasanya semakin banyak aktivitas ikan itu, maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak jumlahnya (Kay, 1998).

III. MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1  Alat
Peralatan yang dibutuhkan pada praktikum ini yaitu alat bedah, baki preparat, benang, tabung reaksi, kaca preparat, alat suntik dan alat tulis
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan aquades.
3.2  Metode
Ikan dimatikan kemudian dibedah, salah satu ujung lambung diikat  dengan benang dan tambahkan aquades dengan alat suntik sampai lambung penuh. Penambahan aquades dicatat  kemudian lambungnya diambil dan  dijaga supaya isinya tidak keluar dengan cara mengikat kedua ujung dengan benang. Isi lambung dikeluarkan dan dimasukan kedalam gelas ukur.
Beberapa sampel isi lambung diambil dari gelas ukur, dan diletakan diatas preparat kemudian ditutup dengan cover glass dan amati dengan mikroskop hasilnya kemudian dicatat.
Kepenuhan Lambung dapat diukur dengan menggunakan rumus
DKL =

3.3  Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium umum JPK UNSOED, pada hari Selasa, tanggal 16 November 2011

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Dari data yang diperoleh saat praktikum biologi perikanan, didapatkan hasil :
Tabel 1. Derajat Kepenuhan Lambung ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
ACARA 3 : STUDI ISI ALAT PENCERNAAN DAN DERAJAT KEPENUHAN LAMBUNG


Ikan Nilem



Ikan ke-
Penambahan volume aquades
Volume isi material
Volume isi total lambung
DKL 
1
0,15
0,35
0,5
70%
2
0,1
0,1
0,2
50%
3
0,6
0,2
0,8
25%
4
0,9
GAGAL : LAMBUNG IKAN RUSAK
0,6

5
GAGAL : LAMBUNG IKAN RUSAK

6
GAGAL : LAMBUNG IKAN RUSAK

7
0,2
GAGAL : LAMBUNG IKAN RUSAK
0,1

8
0,35
0,15
0,5
30%
9
GAGAL : LAMBUNG IKAN RUSAK

10
0,4
0,2
0,6
33,33%

 



PERHITUNGAN  :                             
Ikan 1 = 0,35 x 100% = 70%
               0,5
Ikan 2 = 0,1  x 100% = 50%
              0,2
Ikan 3 = 0,2  x 100% = 25%
              0,8
Ikan 8 = 0,15 x 100% = 30 %
              0,5
Ikan 10 = 0,2  x 100% = 33,33%
                0,6  

4.2  Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada isi lambung pada volume aquades volume isinya 0,35 ml, volume isi lambung total 0,5 ml, volume aquades 0,15 ml dan nilai DKLnya 70%. Pada isi lambung pada volume aquades  0,1 ml volume isinya 0,1 ml, volume isi lambung total 0,2 ml dan nilai DKLnya 50%. %. Pada isi lambung pada volume aquades  0,6 ml volume isinya 0,2 ml, volume isi lambung total 0,8 ml dan nilai DKLnya 25%. Pada isi lambung pada volume aquades  0,35 ml volume isinya 0,15 ml, volume isi lambung total 0,5 ml dan nilai DKLnya 30%. Pada isi lambung pada volume aquades  0,4 ml volume isinya 0,2 ml, volume isi lambung total 0,6 ml dan nilai DKLnya 33,33%. Sedangkan pada ikan ke 4, 5, 6, 7, dan 9 gagal tidak bias diamati karena lambungnya bocor.
Ikan Nilem memiliki badan dengan ciri-ciri sebagaimana ikan famili Cyprinidae, yaitu badan pipih kesamping dan memanjang dengan bentuk punggung seperti busur, mulut ikan nilem berbentuk runcing dan terletak diujung terminal (tengah), kecil dan mempunyai dua pasang sungut yang sangat kecil. Permukaan sirip ini berhadapan dengan sisik garis susuk yang kesepuluh. Sirip dubur berbentuk seperti jari-jari, sedangkan sirip ekor bercagak.
Kebiasaan makan ikan perlu dipelajari guna mengetahui jenis pakan tersebut dengan mengetahui kebiasaan pakan ikan ini dapat dilihat antar hubungan ekologi diantara organisme diperairan tersebut. Pakan merupakan factor yang menentukan populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan, sedangkan macam pakan satu spesies ikan biasanya bergantung pada umur, tempat dan waktu (Effendi, 1979).
Fungsi pakan yang paling utama menurut Asmawi (1983) adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan mula-mula digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan apabila ada kelebihan energi akan digunakan untuk pertumbuhan. Untuk pertumbuhan ikan yang baik maka harus diberikan pakan yang optimal dan harus memperhatikan mutu ikan.
            Djajasewaka (1985), menyatakan bahwa nilai nutrisi pakan pada umumnya dilihat dari komposisi zat-zat nutrisi yang terkandung seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan sebagainya. Apabila pakan yang diberikan pada ikan mempunyai nutrisi yang tinggi, maka hal ini tidak menjamin hidupnya, tetapi akan mempercepat pertumbuhan ikan. Hal ini juga memberikan keistimewaan ikan Nilem dengan jenis ikan-ikan yang lainnya, yaitu selain mempunyai nilai gizi, seperti protein 17%, lemak 4,5%, mineral 1,2%, vitamin 1,2%, dan lain-lain yang tinggi juga memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup cepat.
Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Pakan ikan adalah merupakan campuran berbagai bahan pangan yang biasa disebut dengan bahan mentah atau bahan baku yang baik bagi pertumbuahan ikan, baik pakan yang bersifat nabati maupun pakan yang bersifat hewani, yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah untuk dimakan dan dicerna oleh tubuh ikan dan sekaligus sebagai nutrisi bagi ikan . Dengan kata lain pakan ikan adalah makanan yang khusus dibuat atau diproduksi agar mudah dan tersedia untuk dimakan. Pakan ikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan tubuh ikan.
Ikan-ikan herbivora dan pemakan plankton nabati, jumlah konsumsi makanan hariannya berbobot lebih banyak daripada ikan karnivora. Hal ini disebabkan karena bahan makanan nabati itu kalorinya yang lebih rendah daripada bahan makanan yang hewani. Selain itu, kandungan air bahan nabati juga lebih tinggi daripada bahan hewani. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pola pakan ikan sehingga berhubungan dengan derajat kepenuhan lambung Ikan nilem (Osteochilus hasselti) antara lain ukuran dan bentuk lambung, temperatur, umur, berat dan ukuran tubuh, aktivitas, stress (keadaan tubuh ikan), jenis kelamin, habitat, kekeruhan (pada visibilitas dan kandungan O2) dan faktor-faktor kimia dalam perairan (kandungan O2, CO2, H2S, pH, dan alkalinitas). Biasanya semakin banyak aktivitas ikan itu, maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak jumlahnya (Silooy, 2009).





IV.           KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan bahwa :
1.                  Ikan Nilem memiliki badan dengan ciri – ciri sebagaimana ikan famili Cyprinidae yaitu badan pipih kesamping dan memanjang.
2.                  Kebiasaan makan  ikan perlu dipelajari guna mengetahui jenis pakan tersebut dengan mengetahui kebiasaan pakan ikan ini dapat dilihat antar hubungan ekologi diantara organisme diperairan.
3.            Pengukuran derajat kepenuhan lambung pada ikan Nilem sebesar 70 %.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Gramedia, Jakarta
Arsyad. H dan Rina. E. 1989. Petunjuk Praktis Budidaya Perikanan. PD Mahkota, Jakarta.
Djuhanda, dan Tatang. 1981. Dunia Ikan Armiko. Bandung.
Effendie, M.I. 1978. Biologi Perikanan.  Fakultas Institut Pertanian,  Bogor.
----------------. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.
Kay, I. 1998. Introduction to Animal Physiology. BIOS Scientific Publisher Limited.
Kimball, J. W. 1983. Biologi ed 5. Erlangga,  Jakarta.
Murtidjo, A.B. 2001. Pedoman Meramu Ikan . Kanisius, Yogyakarta.
Mikodina, E,V. 1997. Structur of Cyprinid Egg and some Data About Its Chemical Nature. Biologi. Nouk, 9: 60-64.
Santoso. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya ikan Nilem dan Lokal. Kanisius,Yogyakarta.
Silooy.2009. Kebiasaan Makan Ikan Layang Diperairan Teluk Tolitan Sulawesi Tengah. Ikhthos. Volume 8. Nomor 1 2-25. Ambon.
Siregar , D.A. 1995. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta
Soeseno, S. 1985. Pemeliharaan Ikan di Kolam Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta.
Sumantadinata, Komar. Ir. 1981. Pengembangan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia cetakan 1. Sastra Budaya, Jakarta.
Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan di Pekarangan edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.