Sebuah Cerita dari Pelosok Negeri
“Pagi ini langit mendung lagi,
sepertinya akan turun hujan” bisik Tito.
Perkenalkan Aku Tito salah satu siswa dari SD Negeri di pelosok Papua.
Hari ini cuaca sangat mendung karena sedang musim penghujan. Tahu tidak jalan
di desa kami sangat jelek berlubang dan berlumpur, meskipun demikian kami anak
– anak Papua tidak takut dengan hujan lhoo...
Aku dan teman-teman dari desaku sangat senang sekali belajar di sekolah.
Sekolah adalah tempatku belajar dan mencari ilmu. Kami semua sangat senang
belajar dengan bapak dan ibu guru kami. Bagiku guru adalah pahlawan kami dan
sekaligus sahabat kami di sini. Mereka
sangat baik dan sangat sayang sekali pada kami, meskipun mereka bukan orang
asli dari Papua. Setiap pagi hari kami berjalan dari rumah menuju sekolah.
Jarak tempat tinggal kami ke sekolah sangat jauh kurang lebih 5 km. Kami harus
menelusuri jalan berlubang dan berbatu jika musim penghujan tiba jalanan
menjadi berlumpur. Waktu yang harus kami tempuh dengan berjalan kaki sekitar 1
jam lebih. Oiya aku lupa kalian pasti belum tahu desa kami ini. Desa kami
terletak di Kabupaten Keerom, Papua.
Setiap hari kami belajar dengan bapak
ibu guru di sekolah. Belajar banyak tentang bumi pertiwi Indonesia. Guru kami
sering bercerita banyak tentang negeri kita Indonesia. Teman ternyata negeri
kita itu sangat indah yah dan sangat luas, mempunyai gunung, laut, pulau,
hutan, bahkan ada salju di Papua. Tapi.............. kami merasa terkucilkan
dinegeri kami ini. Kami sangat salut dengan bapak ibu guru kami yang mengajar
di sekolah ini. Mereka sangat sabar dan tidak pernah petus asa mengajar di
sekolah. Padahal aku dan teman-teman terkadang membuat mereka marah saat jam
belajar. Coba bayangkan saja kami sedih dengan keadaan sekolah kami yang hampir
roboh, bocor saat hujan dan sangat memperhatinkan. Terkadang ketika kami merasa
bosan di kelas karena kondisi sekolah sangat tidak layak untuk kegiatan belajar
sehingga kami sering main berenang di sungai dekat sekolah. Atau kami memanjat pohon
memetik buah untuk mengganjal perut karena lapar.
Guru-guru kami tidak pernah marah
pada kami hanya menasehati untuk tidak mengulangi kesalahan. Banyak sekali
usaha para guru agar kami tetap mau bersekolah dan tekun belajar. Mereka sering
membawa kami belajar di alam terbuka dan itu sangat mengasyikan. Kami suka
dengan cara mereka mengajar, belajar di alam terbuka membuat kami tidak merasa
bosan. Justru materi pelajaran yang disampaikan guru kami menjadi mudah
dipahami dan diingat. Itu alasannya kami merasa senang bersekolah. Meskipun
banyak dari orang tua kami yang kurang mendukung kami untuk bersekolah. Aku
sering sekali tidak makan sarapan sebelum berangkat ke sekolah jadi terkadang
kami merasa lapar dan mengantuk di sekolah. Orang tua kami lebih senang kami
membantu mereka berladang atau mencari ikan di sungai bahkan laut untuk
memenuhi kebutuhan perekonomian kami di rumah.
Guru-guru kami sering mengadakan
sosialisasi ke tempat tinggal kami agar anak-anaknya disekolahkan. Terkadang
hasilnya nihil mereka masih tidak peduli dengan pendidikan maka dari itu tempat
tinggal termasuk daerah tertinggal. Semangat untuk merubah dan membangun pola
pikir masyarakat di tempat tinggal kami tidak pernah putus. Para guru
bersemangat untuk tetap mengajar di desa kami dan sekarang sudah banyak
masyarakat yang sadar akan pentingnya dunia pendidikan untuk anak-anak mereka.
Kami semua anak Papua mempunyai cita-cita yang tinggi agar kami bisa membangun
desa kami menjadi jauh lebih maju seperti tempat tinggal kalian semua. Kami di
sini sangat membutuhkan fasilitas pendidikan, kesehatan, sarana transportasi
yang mendukung perkembangan desa kami. Kami berharap banyak kepada pemerintah
semua mau memikirkan kesejahteraan hidup kami semua. Agar kami anak bangsa bisa
memajukan negeri dan bangsa ini menjadi bangsa dan negeri yang maju berkualitas
di mata dunia.
Salam manis dari kami anak Negeri ^^